- mulai mewarnai sketch dari warna termuda
- arah dalam pewarnaan sebaiknya sejajar
- setelah letter selesai diwarnai ,berilah contra (outline)
- contur dengan menggunakan spidol
Kamis, 15 Desember 2011
Kamis, 01 Desember 2011
Karya Seni Grafiti Mencorat - Coret Tembok
tato dan body piercing, komunitas seniman Graffity pun juga telah berkembang dibeberapa daerah di Indonesia.
Sejarah
seni Grafiti sendiri sudah ada sejak jaman purba, mesir kuno hingga
jaman Romawi. Dan dijaman modern ini graffity digunakan untuk beberapa
tujuan. Namun dari segala tujuan yang ada grafiti memang layak untuk
diperhatikan selama hal itu tidak dilakukan dengan sembarangan dan
merusak wajah kota. Para seniman grafiti saat ini tidak hanya
berekspresi pada tembok semata, namun sudah merambah pada sebuah objek
yang lebih kecil lagi seperti wall climbing, papan skate board hingga
pada bak sebuah truk. Hal inilah yang dikatakan bahwa grafiti memang
sudah sangat berkembang dengan baik. Apresiasi masyarakat dengan memberi
tempat pada objek-objek yang ingin diberi sentuhan graffity saat ini
sudah banyak dilakukan. Sebuah Wall climbing menjadi terlihat sangat
menarik dengan hiasan grafiti 3D atau bentuk tribal.
Para
perusahaan yang baru saja mengeluarkan sebuah produk juga menggunakan
jasa para seniman grafiti utuk mempopulerkan produknya lewat lukisan seni karya
grafiti dibeberapa titik kota yang strategis. Bahkan disebuah kawasan
di Surabaya, grafiti bisa kita lihat di jembatan layang atau tembok
bangunan yang menjulang tinggi. Kualitas dari grafiti di indonesia juga
meningkat dengan pesat. Dari grafitty yang hanya sekedar hitam putih,
kini sudah berkembang ke sebuah detail yang sangat menarik dengan corak
warna yang sempurna. Semoga grafiti tidak lagi dicap sebagai perusak
wajah kota dengan sebuah pembuktian bahwa corat-coret tembok mereka bisa
menghadirkan sebuah lukisan yang sangat menarik untuk kita semua.
5 MACAM HURUF GRAFFITI
1 BUBBLE LETER
2 BLOCK BASTER
3 ZASS STAYLE
4 WILD STAYLE
5 3D
2 BLOCK BASTER
3 ZASS STAYLE
4 WILD STAYLE
5 3D
seniman graffiti Libya
Seniman grafiti Libya mendapat keuntungan dari kebebasan baru yang
mereka terima dengan mengekspresikan sikap mereka lewat karya-karya yang
melecehkan pemimpin terguling Muammar Gaddafi di jalan-jalan Tripoli.
Selama 42 tahun, pemimpin otoriter Gaddafi melarang menulis atau menggambar di dinding publik. Namun para seniman sekarang mengekspresikan hasil karya mereka di ibukota Libya yang berpenduduk 2 juta orang, dan topik favorit mereka adalah Gaddafi dan mantan anggota rezim lainnya yang mereka gambar di etalase dan gedung perkantoran.
Satu gambar hasil karya mereka mengolok-olok kebiasaan Gaddafi yang sering menyebut dirinya raja dari segala raja Afrika dengan mengganti menyebut dia "monyet dari segala monyet Afrika."
Karya grafiti lain menunjukkan pejabat hubungan publik Gaddafi, Youssef Shakhir dengan ekor tikus dan memegang tasbih, karena warga sering mengatakan bahwa ia selalu seperti itu dalam penampilannya.
Gaddafi, yang tetap masih buron setelah pasukan revolusioner menyapu masuk ke Tripoli pada 21 Agustus lalu, juga ditampilkan dalam gambar dengan trade mark rambut keritingnya, tapi lukisan mural para seniman menyebutnya "rambut kawat berduri" daripada menggunakan julukan populer untuk kepala Gaddafi sebagai "frizzhead.
Selama 42 tahun, pemimpin otoriter Gaddafi melarang menulis atau menggambar di dinding publik. Namun para seniman sekarang mengekspresikan hasil karya mereka di ibukota Libya yang berpenduduk 2 juta orang, dan topik favorit mereka adalah Gaddafi dan mantan anggota rezim lainnya yang mereka gambar di etalase dan gedung perkantoran.
Satu gambar hasil karya mereka mengolok-olok kebiasaan Gaddafi yang sering menyebut dirinya raja dari segala raja Afrika dengan mengganti menyebut dia "monyet dari segala monyet Afrika."
Karya grafiti lain menunjukkan pejabat hubungan publik Gaddafi, Youssef Shakhir dengan ekor tikus dan memegang tasbih, karena warga sering mengatakan bahwa ia selalu seperti itu dalam penampilannya.
Gaddafi, yang tetap masih buron setelah pasukan revolusioner menyapu masuk ke Tripoli pada 21 Agustus lalu, juga ditampilkan dalam gambar dengan trade mark rambut keritingnya, tapi lukisan mural para seniman menyebutnya "rambut kawat berduri" daripada menggunakan julukan populer untuk kepala Gaddafi sebagai "frizzhead.
Graffiti Sebagai Karya Seni? part2
"Bikin graffiti di public space itu seperti punya gengsi sendiri. Selain
itu adrenalin bakal terpacu, karena takut dikejar polisi atau
gangster," kenang Roy, yang pernah ke-gap sama gangster pas bikin
graffiti di public space. Yup. Selalu public space yang menjadi sasaran
para seniman jalanan ini untuk berkreasi. "Sebagian orang ada yang
nganggep graffiti sebagai karya seni, tapi nggak sedikit juga yang
bilang kalau coretan-coretan itu malah ngerusak," kata Radi, seorang
mahasiswa seni lukis Fakultas Seni Rupa dan Desain (FSRD) ITB.
Jika graffiti ini dilakukan tanpa seizin pemilik tempat, perbuatan ini dapat dikategorikan sebagai tindakan vandal. Mungkin banyak di antara Belia yang belum tau apa itu arti vandalisme. Vandalisme bisa diartikan sebagai tindakan yang merusak properti orang lain. It means, graffiti atau mural yang dilakukan tanpa izin di tempat-tempat umum, bisa dikategorikan sebagai vandalisme. Sementara, banyak orang yang berpendapat, kalau graffiti di dinding-dinding jalan, masih lebih baik daripada dinding-dinding tersebut kotor, tidak terawat, dan penuh dengan tempelan flyers atau brosur-brosur yang nggak penting.
Kalau Belia lewat Jalan Siliwangi, mata terasa lebih segar karena ngeliat mural di sepanjang dinding jalan, pasti setuju kalau karya seni yang seperti itu bukan termasuk perbuatan vandal. "Iyalah. Soalnya mural di Siliwangi itu legal kok. Pihak Pemda, sekitar dua tahun lalu, pernah ngasih proyek itu buat kita," kata Yogie, yang bareng Radi, jadi konseptor pembuatan mural tersebut.
Mural yang berarti lukisan pada permukaan yang lebar, memang terasa lebih legal dibandingkan dengan graffiti yang berkesan liar. "Bedanya sih, mungkin hanya pada medianya aja ya. Kalau graffiti banyak pake cat semprot, sementara mural make cat tembok. Kalau nyeni atau nggaknya ya, tergantung yang liat. Nggak ada parameter khusus," lanjut Yogie.
Senada dengan Yogie, Roy pun bilang kalau bagus atau jelek itu relatif. "Susah sih, kalau mau bilang bagus atau jelek. Isi tulisan-tulisannya, mungkin dibilang jelek tapi malah keinget terus sama yang baca. Tapi graffiti di film Alexandria saya bilang butut, sementara orang lain mungkin bilang itu bagus," tandas Roy sembari memberi contoh.
Legal atau nggaknya sebuah karya di jalanan, bagi Roy yang juga lulusan FSRD ini, tetap dinilai sebagai sebuah karya. "Di Jogja, graffiti dan mural malah dilegalkan. Pemerintah setempat ngebolehin, bahkan menyediakan lahan untuk para street art berkarya. Sementara di Bandung, belum ada pelegalan seperti itu. Beda ceritanya kalau lu punya duit," katanya sedikit berapi-api.
Alih-alih sebagai tindakan vandal, graffiti, mural, tagging, dan sebagainya adalah merupakan kebebasan berekspresi. Tetapi, kebebasan berekspresi saat ini masih didominasi oleh kaum berduit, yang mampu membeli tempat untuk menumpahkan kreativitasnya. Sementara para seniman jalanan, mesti sembunyi-sembunyi atau malah kejar-kejaran dengan pihak aparat hanya untuk berkreasi. "Seniman yang jelas-jelas bikin karya di privat place aja sempat dibakar aparat, apalagi street art yang berkarya di public space," lanjut Roy.
Setiap seniman punya style masing-masing untuk mengekspresikan karyanya. Makanya, tidak sedikit seniman yang malah "bersaing" untuk bisa menciptakan karya bagus di tempat yang lebih lebar, misalnya, atau untuk meraih kepopuleran. Selain saingan, ada juga proses pembelajaran yang diturunkan dari seniman yang tergolong kelas senior kepada juniornya. "Yang baru belajar biasanya jadi kenek dulu. Kerjaannya masih sebatas ngewarnain, atau bantuin yang gampang. Seniornya, yang bikin sketsa di kertas dan di dinding," ujar Roy.
Proses bikin graffiti atau mural kurang lebih sama. Pertama, sketsa dibuat pada kertas, lalu kemudian sketsa tersebut dipindahkan ke dinding. "Yang lebih gampang sih, si sketsa udah "ditembakkin" pake proyektor, jadi nggak perlu bikin sketsa di tembok. Tapi, ya, gengsinya mungkin lebih turun kalau dibantu pake proyektor," kata Roy lagi.
Nggak sedikit duit yang dikeluarin untuk bikin satu graffiti atau mural. "Untuk bikin gambar di tembok yang berukuran sedang, bisa habis kira-kira dua puluh kaleng cat semprot. Sementara ini (garasi distro yang sedang dibuat graffiti-red) abis 40an kaleng," jelas Roy.
Sayang banget kan kalau hanya ngabisin cat semprot untuk tulisan-tulisan yang nggak ada maknanya, atau malah bikin sebel orang yang liat. Radi dan Yogie pun punya pendapat serupa. "Kalau mau bikin graffiti atau mural, mending sekalian yang edun, daripada hanya tulisan atau gambar yang teu kaharti."katanya.
Graffiti sampai kapan pun mungkin bakal jadi kontroversi. Di satu pihak bakal bilang kalau graffiti itu perbuatan vandal, tapi pihak yang lain mengartikan seni, kebebasan berekspresi. Lain halnya di Yogyakarta, yang setiap seniman bebas berkarya, pihak pemerintah pun nggak perlu repot-repot ngejar-ngejar seniman yang bandel. Karya yang nggak bikin sakit mata, lebih-lebih sakit hati, tentu bakal diapresiasi dengan baik oleh masyarakat. Kebebasan berekspresi bisa saja diredam, tapi nggak bisa dihentikan.***
Jika graffiti ini dilakukan tanpa seizin pemilik tempat, perbuatan ini dapat dikategorikan sebagai tindakan vandal. Mungkin banyak di antara Belia yang belum tau apa itu arti vandalisme. Vandalisme bisa diartikan sebagai tindakan yang merusak properti orang lain. It means, graffiti atau mural yang dilakukan tanpa izin di tempat-tempat umum, bisa dikategorikan sebagai vandalisme. Sementara, banyak orang yang berpendapat, kalau graffiti di dinding-dinding jalan, masih lebih baik daripada dinding-dinding tersebut kotor, tidak terawat, dan penuh dengan tempelan flyers atau brosur-brosur yang nggak penting.
Kalau Belia lewat Jalan Siliwangi, mata terasa lebih segar karena ngeliat mural di sepanjang dinding jalan, pasti setuju kalau karya seni yang seperti itu bukan termasuk perbuatan vandal. "Iyalah. Soalnya mural di Siliwangi itu legal kok. Pihak Pemda, sekitar dua tahun lalu, pernah ngasih proyek itu buat kita," kata Yogie, yang bareng Radi, jadi konseptor pembuatan mural tersebut.
Mural yang berarti lukisan pada permukaan yang lebar, memang terasa lebih legal dibandingkan dengan graffiti yang berkesan liar. "Bedanya sih, mungkin hanya pada medianya aja ya. Kalau graffiti banyak pake cat semprot, sementara mural make cat tembok. Kalau nyeni atau nggaknya ya, tergantung yang liat. Nggak ada parameter khusus," lanjut Yogie.
Senada dengan Yogie, Roy pun bilang kalau bagus atau jelek itu relatif. "Susah sih, kalau mau bilang bagus atau jelek. Isi tulisan-tulisannya, mungkin dibilang jelek tapi malah keinget terus sama yang baca. Tapi graffiti di film Alexandria saya bilang butut, sementara orang lain mungkin bilang itu bagus," tandas Roy sembari memberi contoh.
Legal atau nggaknya sebuah karya di jalanan, bagi Roy yang juga lulusan FSRD ini, tetap dinilai sebagai sebuah karya. "Di Jogja, graffiti dan mural malah dilegalkan. Pemerintah setempat ngebolehin, bahkan menyediakan lahan untuk para street art berkarya. Sementara di Bandung, belum ada pelegalan seperti itu. Beda ceritanya kalau lu punya duit," katanya sedikit berapi-api.
Alih-alih sebagai tindakan vandal, graffiti, mural, tagging, dan sebagainya adalah merupakan kebebasan berekspresi. Tetapi, kebebasan berekspresi saat ini masih didominasi oleh kaum berduit, yang mampu membeli tempat untuk menumpahkan kreativitasnya. Sementara para seniman jalanan, mesti sembunyi-sembunyi atau malah kejar-kejaran dengan pihak aparat hanya untuk berkreasi. "Seniman yang jelas-jelas bikin karya di privat place aja sempat dibakar aparat, apalagi street art yang berkarya di public space," lanjut Roy.
Setiap seniman punya style masing-masing untuk mengekspresikan karyanya. Makanya, tidak sedikit seniman yang malah "bersaing" untuk bisa menciptakan karya bagus di tempat yang lebih lebar, misalnya, atau untuk meraih kepopuleran. Selain saingan, ada juga proses pembelajaran yang diturunkan dari seniman yang tergolong kelas senior kepada juniornya. "Yang baru belajar biasanya jadi kenek dulu. Kerjaannya masih sebatas ngewarnain, atau bantuin yang gampang. Seniornya, yang bikin sketsa di kertas dan di dinding," ujar Roy.
Proses bikin graffiti atau mural kurang lebih sama. Pertama, sketsa dibuat pada kertas, lalu kemudian sketsa tersebut dipindahkan ke dinding. "Yang lebih gampang sih, si sketsa udah "ditembakkin" pake proyektor, jadi nggak perlu bikin sketsa di tembok. Tapi, ya, gengsinya mungkin lebih turun kalau dibantu pake proyektor," kata Roy lagi.
Nggak sedikit duit yang dikeluarin untuk bikin satu graffiti atau mural. "Untuk bikin gambar di tembok yang berukuran sedang, bisa habis kira-kira dua puluh kaleng cat semprot. Sementara ini (garasi distro yang sedang dibuat graffiti-red) abis 40an kaleng," jelas Roy.
Sayang banget kan kalau hanya ngabisin cat semprot untuk tulisan-tulisan yang nggak ada maknanya, atau malah bikin sebel orang yang liat. Radi dan Yogie pun punya pendapat serupa. "Kalau mau bikin graffiti atau mural, mending sekalian yang edun, daripada hanya tulisan atau gambar yang teu kaharti."katanya.
Graffiti sampai kapan pun mungkin bakal jadi kontroversi. Di satu pihak bakal bilang kalau graffiti itu perbuatan vandal, tapi pihak yang lain mengartikan seni, kebebasan berekspresi. Lain halnya di Yogyakarta, yang setiap seniman bebas berkarya, pihak pemerintah pun nggak perlu repot-repot ngejar-ngejar seniman yang bandel. Karya yang nggak bikin sakit mata, lebih-lebih sakit hati, tentu bakal diapresiasi dengan baik oleh masyarakat. Kebebasan berekspresi bisa saja diredam, tapi nggak bisa dihentikan.***
Graffiti Sebagai Karya Seni?
Dinding-dinding di sepanjang Jalan Tamblong yang semula putih bersih, kini sedikit berwarna. Kini, selain dipenuhi oleh "flyers" dan poster yang ditempel sembarangan, coretan-coretan jahil yang dibuat dengan cat semprot, juga mulai memenuhi dinding-dinding tersebut. Bikin mata orang-orang yang lalu lalang, mau nggak mau seperti tersihir untuk melihat atau sekadar melirik. Katanya sih, itu adalah graffiti, coretan yang dibuat untuk mengekspresikan kebebasan. Graffiti yang berasal dari bahasa Yunani "graphein" (menuliskan), diartikan oleh wikipedia.org sebagai coretan pada dinding atau permukaan di tempat-tempat umum, atau tempat pribadi. Coretan tersebut, bentuknya bisa berupa seni, gambar, atau hanya berupa kata-kata. Graffiti yang banyak bertebaran di jalanan kota Bandung, masih sebatas coretan kata-kata yang merupakan identitas geng atau malah hanya berupa nama. "Itu masih bisa dikategorikan sebagai seni, walau mungkin pada levelnya berbeda, ya," ungkap Roy, seorang pelaku graffiti yang sempat belia temui ketika membuat satu graffiti di sebuah distro di bilangan Jalan Burangrang, Jumat (9/12).
Penggunaan cat semprot untuk bikin sebuah graffiti, sudah mulai dikenal di New York, akhir tahun 60-an. Coretan pertama dengan cat semprot, dilakukan pada sebuah kereta subway. Seorang bernama Taki yang tinggal di 183rd Street Washington Heights, selalu menuliskan namanya, entah itu di dalam kereta subway, atau di bagian luar dan dalam bis. Taki183, gitu bunyi tulisan yang ia buat menggunakan spidol. Taki ini seperti ingin nunjukkin identitas dirinya. 183 yang ia tulis setelah namanya, nunjukkin tempat tinggalnya.
Gara-gara coretannya tersebut, orang-orang di seluruh kota jadi kenal dengan Taki, lewat coretan-coretan misteriusnya. Di tahun 1971, mister Taki ini diinterview oleh sebuah majalah terbitan New York. Dari situlah, kepopuleran Taki diikuti oleh anak-anak seluruh New York. Anak-anak ini tertarik karena kepopuleran bisa diperoleh dengan hanya menuliskan identitas mereka --disebut juga tagging-- pada bus atau kereta yang melewati seluruh kota. Semakin banyak nama atau identitas seorang anak, sudah pasti ia akan semakin populer.
Setelah spidol, media yang kemudian biasa digunakan adalah cat semprot, yang dipakai untuk nge-bomb (istilah untuk menyemprot) bagian luar kereta. Karena semakin banyaknya orang-orang yang bikin tagging, nggak heran kalau setiap writers, pengen punya style sendiri. Dari situ, mereka nambahin warna-warna yang eyecatching, efek-efek khusus, bahkan mereka mencoba untuk menuliskan namanya lebih besar. Dengan bantuan cat semprot, pengerjaan graffiti ini lebih cepet beres.
Makanya, untuk mengantisipasi tagging yang mulai mewabah, pihak kepolisian setempat sampai melarang penjualan cat semprot pada anak-anak di bawah umur. Saking banyaknya pelaku graffiti, di Meksiko pun diberlakukan aturan serupa. Bahkan, setiap pembeli cat semprot harus menunjukkan identitas yang jelas dan menyertakan alasan untuk apa cat semprot itu digunakan.
Graffiti Guide
A beginners' guide to doing graffiti, covering paints, spraypaints, stencils, surfaces and general advice.
Paint. Oh really. However, there are a fuck of a lot of different types of paint so here's a few pointers:
Brush paints
Come in several flavours. All of which are preferable to spray cans as they are not so environmentally damaging. We generally block the piece in using emulsion and then outline & highlight it using cans (if its in a dodgy place, or if its small) or more brush paint if we have time. Emulsion (or any other water based paint) is crap in the rain. Otherwise, it lasts a fair while and you can spray on top of it while its still wet. This is very handy. Masonry paint has all these advantages, being a water based, but also lasts literally a lifetime. You can get the colour you want made up in shops. Emulsion tends to be in boring colours, but you can get fucking wicked coloured concentrated dyes from paint shops that will dye a swimming pool full of white emulsion pink/purple/whatever. Powder/poster paint also mixes with anything water based These are quite cheap to get hold of. Emulsion and masonry paint are quite easy to tat, from scrap stores or people who have been redecorating. Masonry paint is more expensive to buy than emulsion, twenty quid for five litres-ish.
Gloss
Lasts fucking ages and you can use it in the rain - but you can't spray over it till it dries (3 hours ish - come back tomorrow night) and you have to use white spirit to get rid of it / wash brushes. Beware, it can be very runny. Gloss is expensive if you buy it (six quid a litre ish? not sure) but easily tattable.
Spray cans
Make these plan B, coz they are seriously toxic and totally unrecycleable. But if you are painting in a busy place they are extremely quick (speshly if you are using stencils) and come in super sexy colours. They are also very clean, speshly if you wear gloves. Most car spray paints are crap. But there are bitumen based blacks and a few other colours designed to cover bodywork chips that cover well and the blacks do not come off. There is one particular make called stonechip that you can get in black and white that is very shexy. With a New York fat cap (see next section) it comes out nice and slow, never drips, covers everything and is perfect for outlines. Art sprays are hard-ish to get hold of and cost about £3.50 for a 400 ml can. You can get them in most large (UK) cities in record shops. Maybe its obvious, but spraying inside stinks.
Rabu, 30 November 2011
Seni Graffiti Legendaris
Sekarang
kalo kamu perhatikan, di jalan-jalan udah banyak banget grafitti yang
bagus-bagus. Malah sekarang ini, orang-orang yang nyoret-nyoret tembok
ini udah banyak yang terkenal dan karya-karyanya banyak dikagumi. Sebut
saja Darbotz atau KOMA.
Tapi grafitti di Indonesia gak selalu sebagus sekarang. Ada jamannya
Grafitti di Indonesia (atau mungkin lebih tepatnya di Jakarta ya) itu
cuma sekedar coret-coretan belaka yang bikin orang yang punya bangunan
jadi kesel. Kita lagi ngomongin grafitti-grafitti legendaris seperti:
1. Tea-☮
Ini
grafitti dulu ada di mana-mana dan jujur MBDC gak tau persis sih
maksudnya apa. Ada yang bilang ini nama geng, tapi MBDC belum bisa
konfirmasi juga sih. Ada yang mengerti maksudnya dan bisa jelasin? Atau
mungkin malah ada yang dulu ikut-ikutan nulis Tea-☮ dimana-mana? Waktu
kecil sih, kalo pegang pilox rasanya MBDC pengen banget ikut-ikutan
nulis Tea-☮. Rasanya keren aja gitu.
2. Boedoet
Ini
juga merupakan salah satu grafitti paling legendaris di Jakarta.
Boedoet merupakan singkatan dari Boedi Oetomo, yang merupakan julukan
dari SMA Negeri 1 Jakarta yang terletak di Jl. Boedi Oetomo. Secara gak
langsung, kayaknya ini merupakan salah satu bentuk awal dari viral
marketing gitu deh. Kamu liat tulisan boedoet dimana-mana terus kamu
jadi penasaran boedoet apa, terus begitu kamu tahu kalo boedoet itu
sekolah, kamu jadi minta mama kamu untuk masukin kamu ke sana. Terus
gak boleh sama mama kamu karena sekolahnya dianggap vandal.
3. Texas 46
Sama
seperti Boedoet, Texas 46 adalah nama sekolah. Texas 46 merupakan
alias dari SMA Negeri 46 yang ada di Blok A. Kelegendarisan grafitti
Texas 46 menyaingi Boedoet dan pastinya juga banyak membuat banyak
orang penasaran. Tapi sebenernya pertanyaan paling penting dari hal ini
adalah: Kenapa namanya Texas sih? Apa hubungannya SMA 46 sama Texas?
Ada pembaca MBDC yang merupakan alumni Texas 46?
4. by Rame2
By
Rame2 pada dasarnya lebih merupakan signature, bukan merupakan
grafitti yang berdiri sendiri. Tulisan-tulisan yang mengiringi ‘by
Rame2′ ini sangatlah random dan gak ada pola khususnya. Bisa jadi cuma
coret-coretan nama seperti:
ablay, qthink, kebhotz, jawir….by Rame2
Atau bisa juga sok-sok politis seperti:
Bubarkan DPR! by Rame2
Gitu
deh. Sebenernya kalo menurut MBDC sih, ini cuma karena mereka gak
berani nulis siapa yang coret-coret ajah. Jadi kalo para graffiti
artist jaman sekarang bangga dengan karyanya, jaman dulu mah takut.
5. XXXX was Here
Ini
juga merupakan coret-coretan paling populer pada masa lalu.
Sebenernya, kayaknya sih coret-coretan ini dibuat oleh anak-anak yang
gak tau mau nulis apa, tapi kebetulan pegang pilox dan pengen aja
coret-coret tembok rumah orang. Selain itu, ini juga merupakan bentuk
primitif dari check-in foursquare.
Sejarah Seni Graffiti dan Perkembangannya di Masa Kini
Kebiasaan melukis di dinding bermula dari manusia primitif sebagai cara
mengkomunikasikan perburuan. Pada masa ini, grafitty digunakan sebagai
sarana mistisme dan spiritual untuk membangkitkan semangat berburu.
Perkembangan kesenian di zaman Mesir kuno juga memperlihatkan aktivitas melukis di dinding-dinding piramida. Lukisan ini mengkomunikasikan alam lain yang ditemui seorang pharaoh (Firaun) setelah dimumikan.
Kegiatan grafiti sebagai sarana menunjukkan ketidak puasan baru dimulai pada zaman Romawi dengan bukti adanya lukisan sindiran terhadap pemerintahan di dinding-dinding bangunan. Lukisan ini ditemukan di reruntuhan kota Pompeii. Sementara di Roma sendiri dipakai sebagai alat propaganda untuk mendiskreditkan pemeluk kristen yang pada zaman itu dilarang kaisar.
Adanya kelas-kelas sosial yang terpisah terlalu jauh menimbulkan kesulitan bagi masyarakat golongan tertentu untuk mengekspresikan kegiatan seninya. Akibatnya beberapa individu menggunakan sarana yang hampir tersedia di seluruh kota, yaitu dinding.
Pendidikan kesenian yang kurang menyebabkan objek yang sering muncul di grafiti berupa tulisan-tulisan atau sandi yang hanya dipahami golongan tertentu. Biasanya karya ini menunjukkan ketidak puasan terhadap keadaan sosial yang mereka alami.
Meskipun grafiti pada umumnya bersifat merusak dan menyebabkan tingginya biaya pemeliharaan kebersihan kota, namun grafiti tetap merupakan ekspresi seni yang harus dihargai. Ada banyak sekali seniman terkenal yang mengawali kariernya dari kegiatan grafiti.
Pada perkembangannya, grafiti di sekitar tahun 70-an di Amerika dan Eropa akhirnya merambah ke wilayah urban sebagai jati diri kelompok yang menjamur di perkotaan. Karena citranya yang kurang bagus, grafiti telanjur menjadi momok bagi keamanan kota. Alasannya adalah karena dianggap memprovokasi perang antar kelompok atau gang. Selain dilakukan di tembok kosong, grafiti pun sering dibuat di dinding kereta api bawah tanah.
Di Amerika Serikat sendiri, setiap negara bagian sudah memiliki peraturan sendiri untuk meredam grafiti. San Diego, California, New York telah memiliki undang-undang yang menetapkan bahwa grafiti adalah kegiatan ilegal. Untuk mengidentifikasi pola pembuatannya, grafiti pun dibagi menjadi dua jenis.
Perkembangan kesenian di zaman Mesir kuno juga memperlihatkan aktivitas melukis di dinding-dinding piramida. Lukisan ini mengkomunikasikan alam lain yang ditemui seorang pharaoh (Firaun) setelah dimumikan.
Kegiatan grafiti sebagai sarana menunjukkan ketidak puasan baru dimulai pada zaman Romawi dengan bukti adanya lukisan sindiran terhadap pemerintahan di dinding-dinding bangunan. Lukisan ini ditemukan di reruntuhan kota Pompeii. Sementara di Roma sendiri dipakai sebagai alat propaganda untuk mendiskreditkan pemeluk kristen yang pada zaman itu dilarang kaisar.
Adanya kelas-kelas sosial yang terpisah terlalu jauh menimbulkan kesulitan bagi masyarakat golongan tertentu untuk mengekspresikan kegiatan seninya. Akibatnya beberapa individu menggunakan sarana yang hampir tersedia di seluruh kota, yaitu dinding.
Pendidikan kesenian yang kurang menyebabkan objek yang sering muncul di grafiti berupa tulisan-tulisan atau sandi yang hanya dipahami golongan tertentu. Biasanya karya ini menunjukkan ketidak puasan terhadap keadaan sosial yang mereka alami.
Meskipun grafiti pada umumnya bersifat merusak dan menyebabkan tingginya biaya pemeliharaan kebersihan kota, namun grafiti tetap merupakan ekspresi seni yang harus dihargai. Ada banyak sekali seniman terkenal yang mengawali kariernya dari kegiatan grafiti.
Pada perkembangannya, grafiti di sekitar tahun 70-an di Amerika dan Eropa akhirnya merambah ke wilayah urban sebagai jati diri kelompok yang menjamur di perkotaan. Karena citranya yang kurang bagus, grafiti telanjur menjadi momok bagi keamanan kota. Alasannya adalah karena dianggap memprovokasi perang antar kelompok atau gang. Selain dilakukan di tembok kosong, grafiti pun sering dibuat di dinding kereta api bawah tanah.
Di Amerika Serikat sendiri, setiap negara bagian sudah memiliki peraturan sendiri untuk meredam grafiti. San Diego, California, New York telah memiliki undang-undang yang menetapkan bahwa grafiti adalah kegiatan ilegal. Untuk mengidentifikasi pola pembuatannya, grafiti pun dibagi menjadi dua jenis.
GRAFFITI AREA !
Assalamu'alaykum Bombers! |
http://graffitiarea.multiply.com/tag/galeri%20graffiti
TAGGING (TAG)
Tagging Graffiti
Yaitu jenis graffiti yang sering dipakai untuk ketenaran seseorang atau kelompok. Semakin banyak graffiti jenis ini bertebaran, maka makin terkenallah nama pembuatnya. Karena itu grafiti jenis ini memerlukan tagging atau tanda tangan dari pembuat atau bomber-nya. Semacam tanggung jawab karya.
Yaitu jenis graffiti yang sering dipakai untuk ketenaran seseorang atau kelompok. Semakin banyak graffiti jenis ini bertebaran, maka makin terkenallah nama pembuatnya. Karena itu grafiti jenis ini memerlukan tagging atau tanda tangan dari pembuat atau bomber-nya. Semacam tanggung jawab karya.
graffiti Karya Seni Tinggi
graffiti Karya Seni Tinggi
Posted by SCREET CREWGraffiti sekarang mulai memasuki masa keemasannya, selain di Indonesia sendiri, di Amerika atau tepatnya di Brooklyn Museum sering diadakan pameran graffiti yang kini disebut juga sebagai seni kontemporer. Berbagai bomber profesional seperti Crash, Lee, Daze, Keith Haring dan Jean-Michel Basquiat menjadi pahlawan dalam seni graffiti. Sekitar 22 bomber ikut berpartisipasi dalam pameran ini. Lain di Amerika lain pula di Australia. Negara yang satu ini bahkan menjadikan graffiti sebagai lomba publik yang selalu memiliki jumlah peserta yang sangat banyak.
ngeboom
Sekelompok pasukan dengan mengenakan sweater dan masker sambil menenteng
cat semprot di tangan mulai berjalan menelusuri jalan-jalan di tengah
kota besar Indonesia. Beberapa saat mereka sempat berdiam diri di bawah
fly over, dengan pandangan penuh arti menatap tembok-tembok yang kosong
dan kusam tersebut. Sedetik kemudian tangan-tangan mereka mulai
menyemprot tembok tersebut dengan cat semprot. Tidak ada yang tahu apa
yang mereka ciptakan saat itu, sampai keesokan paginya para pengguna
jalan mulai terheran-heran dengan karya para bomber tersebut. Dan karya
inilah yang kita kenal sebagai “graffiti”.
Langganan:
Postingan (Atom)